Minggu, 06 Maret 2011

Makna Besar dari Hal Kecil

بِسْــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِالرَّحِيْـــــم

Berawal dari moment yang masih teringat jelas (12 November 2010)! Ya baru tiga hari yang lalu. Namun, moment2 itu nyatanya bisa membuat saya tersenyum (padahal faktanya lg ‘sumpek’ krn byk hal yg belum jelas ujungnya, tugas2 menumpuk juga). Dimulai jam pelajaran pertama, saya masuk di salah satu kelas XI yang notabene lebih dikenal sebagai kelas ‘belum aktif’. Namun, bagi saya proses pembelajaran harus dimaksimalkan meskipun kadang merasa putus asa untuk ‘mengaktifkan’ argumen para siswa-siswi. Ya, rata-rata siswa sudah mengenal karakter saya. Dari kelas awal (kelas X), kelas ini pun saya yang ‘pegang Matpelnya’. Pre-test/ post-test pasti tidak pernah ketinggalan. Bagi siswa yang tidak cuek, pasti mereka belajar sebelum materi dimulai.

Akan tetapi, tidak sedikit pula siswa yang cuek (padahal nilai yang didapat juga selalu di bawah SKM). Hmm... semua kembali pada individu masing-masing. Pre-test pertama, seorang siswa putra saya suruh maju, materi yang saya berikan sudah sering dibahas! Tapi, jika tidak paham di awal & tidak ada kemauan untuk bertanya, diberikan soal mudah pun pasti tidak akan paham (padahal tanya juga tidak bayar, tidak juga dimarahi hehehe). Siswa yang satu ini unik, tidak bisa mengerjakan soal yang saya berikan, waktux cukup lama, akhirnya keringatx langsung membasahi seragam. Padahal, biasanya kalau tidak bisa ya tingkahnya biasa saja (diam). Hehe nalar saya singkat saja (read: mungkin kalau sekarang dia malu sm pacarnya yang kebetulan satu kelas). Sipp...semoga bisa menjadikan motivasi dalam belajar. Senyum di awal pembelajaran :)

-----------------------------------------------------------------------------

Bel berbunyi...jam ke-3 & ke-4, pindah ke kelas XII! Jika dibandingkan dengan kelas awal tadi, kelas ini saya nilai kompak dan rame. Bahkan rasa keakraban dengan saya pun masih terjaga sampai sekarang ^_^. Namun, saya tetap bersikap sama dengan kelas2 yang lain, waktu ulangan jangan mencoba ‘membawa contekan yang dampaknya akan merugikan dirinya dengan saya’. Saya kira mereka juga sudah paham, walaupun faktanya, saya & teman2 guru lainya juga menemui kejadian2 yang cukup mengecewakan, biarlah itu menjadi urusan kami di belakang (berhubungan dengan penilaian & rasa percaya yang tertanam). Yup...ulangan harian dimulai, sistematika soal sudah terencana dengan baik sebelumnya. Saya ingin melihat ekspresi, sekaligus membuktikan penalaran2 saya tentang “sesuatu yang kecil tapi bernilai besar” setelah mereka membaca soal yang saya berikan. Pada lembar kedua, terdapat soal sangat mudah (materinya ada di LKS mereka), hanya saja saya memang sengaja belum menjelaskan! Saya ingin membuktikan kejelian & kecermatan mereka dalam membaca. Apakah setengah2 atau menyeluruh, toh dari awal saya sudah menginformasikan bahwa materi ulanganx bab 3 & 4, tolong dipelajari! Hihihihihihihi.... beberapa siswa mulai memasangkan aksinya, bertanya kanan-kiri, terlihat bingungnya ^_^. Bahkan ada yang protes, Bu...seharusnya yang nomor ini point nilainya lebih tinggi daripada nomor yang ini, saya hanya menanggapi dengan senyuman ^_^. “Pokoknya dikerjakan semampunya, dinalar & dipahami, pasti bisa! Itu kalimat yang saya lontarkan sambil tersenyum. Nanti kalian juga tahu makna di balik soal itu, makna yang mungkin lebih banyak kita abaikan sampai sekarang!” Setelah saya koreksi ulangan mereka, cukup banyak jawaban yang benar! Bagus berarti mereka membaca cermat. Ada juga penalaran yang lucu sesuai dengan objek soalnya...hehehe

-------------------------------------------------------------------------------

Ya begitulah, yang mungkin sering kita hadapi dalam keseharian. Sulit memahami & mengerti tentang hal-hal kecil yang melingkupi kita sebagai manusia. Padahal, tidak sedikit dari kita yang menganggap bahwa sesuatu yang kecil tersebut justru akan membawa nilai yang besar bagi diri kita. Namun, lain halnya jika yang berlawanan dengan prinsip kita menganggap semua itu biasa saja & kurang bermakna (read: kembali ke individu masing-masing). Akan tetapi, bukan berarti kita tidak mau mempelajarinya kan! Jika seorang sahabat pernah berkata “tak kenal maka tak sayang”, ya memang ada benarnya. Bagaimana mungkin orang lain bisa menganalisis tingkah laku atau karakter diri kita, jika tidak pernah mengenal? Semua bisa berterima dengan baik jika saling memahami situasi serta kondisi. Memang ada juga teori “ membaca juga dimulai dengan melihat”. Melihat yang dimaksudkan di sini harus juga diikuti dengan semua panca indra, bukan hanya sebatas apa yang dilihat dengan mata saja. Respons positif bisa terpenuhi jika semua yang ada dalam hati ditransformasikan dengan baik dalam logika juga disertai dengan tindakan nyata. “Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran (Blaise Pascal dlm QI: 85).” Apa yang kita lihat belum tentu benar adanya karena kita tak pernah tahu alur sebelumnya bagaimana? Hal sederhana/ hal kecil lain misalnya, pernahkan kita berpikir bahwa hanya dengan tersenyum dengan orang lain, kita bisa membuat orang tersebut bahagia?

Jika kita terbiasa tersenyum dengan orang tersebut, tiba-tiba suatu hari kita cemberut, pasti orang tersebut juga bertanya-tanya, ada apa ya? kok tidak seperti biasanya! Atau mungkin hal satu ini, yang pernah dialami oleh semua orang (termasuk saya), kasus via sms! Sms sahabat, orang tua, pacar, atau yang lainnya. Coba dicerna sendiri-sendiri, apabila kita sms orang lain ntah isinya penting atau tidak, pasti mengharapkan balasan kan? walaupun balasan itu sangat singkat, hal itu sudah membuat senang. Tapi jika sebaliknya? Wahhhh pasti menimbulkan berbagai pertanyaan dalam hati jika belum ada penjelasan sebab tidak membalas pesan singkat tersebut. Begitu juga dengan kasus ini, ‘ucapan terima kasih’ atau kata maaf/memaafkan’ (Ucapan terima kasih kepada Allah dengan bersyukur ). Sebenarnya sesuatu hal yang sederhana, tapi jangan dikira kedua kata tersebut tidak bermakna besar! Misalnya saja, kita ditolong oranglain dalam hal-hal kecil, terus diakhiri dengan ucapan terima kasih, pasti akan berbeda nilai & maknanya jika dibandingkan dengan tidak mengucapkan kata itu. Saya yakin, orang tersebut juga akan memberikan penilaian tersendiri untuk kita. Memang hal sepele (kecil), tapi jika dibiasakan pasti menyenangkan, nilai positif pun mengakar dengan sendirinya, tidak perlu didikte orang untuk menilai orang lain. Sama halnya dengan kata maaf/ memaafkan! Sulit memang, tapi bukan berarti manusia egois dan mengucapkan kalimat “tidak ada kata maaf bagimu”. IRONIS..... Manusia diciptakan oleh Allah SWT., tidak luput dari kesalahan besar/ kecil. Allah bisa memaafkan dosa-dosa hamban-Nya, sebesar apapun itu. Kenapa manusia tidak bisa? Naudzubillahimindzalik.... semoga kita senantiasa dalam naungan-Nya. Amiiin

Nah, semua dikembalikan pada diri masing-masing. Seperti halnya cerita singkat di atas, ada soal mudah tapi poinx cukup tinggi. Jika dari awal sudah diabaikan, pasti tidak akan dapat poin itu, yang ada hanya kekecewaan. Tapi, jika tidak diabaikan pasti akan mendapatkan poin tersebut, akhirnya juga kebahagiaan yang didapat (krn nilaix bagus). Pembelajaran hidup, memulai dengan hal-hal kecil akan tumbuh hal2 besar. Belajar mengenal, menghargai, & menghormati orang lain agar tidak salah menilai, agar tidak sebatas melihat saja.


~ Jika ingin mengetahui dalamx lautan, ya harus diselami biar tahu kedalamannya (bukan sebatas melihat atau mengira-ngira saja).

~ Jika melakukan sesuatu (hal positif) dengan setengah-setengah, pasti tidak akan bisa memperolehx dengan penuh.

~ Bukan tidak mungkin bahwa sesuatu yang bernilai besar & berharga itu adalah hal-hal kecil yang sering terabaikan oleh manusia.

Semoga bermanfaat :)

Balen, 14 November 8.15 am

(unek2 dikala sedang dilanda 'sumpek')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar