Minggu, 06 Maret 2011

Wanita Hebat (Ibu)

Bagi sebagian orang yang ‘cuek’, tanggal 22 Desember tidak ada yang spesial (alias disamakan dengan hari2 biasanya). Namun, bagi sebagian besar atau bahkan bagi semua wanita di Indonesia, hari itu adalah hari spesial buat mereka (khususnya untuk seorang IBU). Ntah apa yang menjadi latar belakang penetapan tanggal tersebut? Toh, dari artikel yang pernah saya baca, peringatan hari Ibu di beberapa negara memang berbeda. Ntahlah.... !!! Yang jelas buat saya pribadi, peringatan “moment special” ini tidak cukup untuk mendeskripsikan peran seorang ibu untuk suami, putra-putri, dan keluarganya. Terlalu sederhana! Padahal peran seorang ibu tak terbatasi oleh apa pun, tidak bisa dinilai dengan materi. Ibu, seorang wanita yang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.

Wanita dianugrahi oleh Allah SWT. hati yang lembut dan rasa sayang yang tiada batas. Pernah saya membaca hadis Rasullulah SAW. mengatakan, “Nasihatilah perempuan dengan cara yang baik! Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, sementara yang paling bengkok itu bagian teratasnya. Jika engkau bersikeras meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok selamanya. Maka nasihatilah perempuan dengan cara yang baik!” Mengapa dari tulang rusuk yang bengkok? Bukankah masih ada tulang yang lain yang lurus. Jika saja dari tulang yang lurus maka akan sempitlah dadanya, karena itu keberadaan perempuan dapat memberi kenyamanan di mana ia berada.

Allah telah memberikan kekuatan pada seorang wanita, karena ditangan merekalah akan terlahir penerus-penerus yang hebat pula. Seorang putra-putri yang baik akan terlahir dari kehebatan seorang ibu. Ibu yang mengasuh kita dari bayi hingga dewasa. Begitu pula dengan keksuksesan seorang suami, jangan dilupakan bahwa ada istri yang hebat mendampingi dan selalu di sampingnya. Doa-doa yang disenandungkan seorang ibu, tangisan2 beliau untuk kebahagiaan keluarganya tidak boleh diremehkan sedikit pun. Doa wanita lebih makbul dari laki-laki karena sifatnya penyayangx yang lebih kuat daripada seorang laki-laki (read: bukan berarti laki-laki tidak mmpunyai sifat penyayang). Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW., tentang hal tersebut, baginda berkata: “ Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.

SubhanaAllah ... betapa beruntungnya jika menempati kedudukan sebagai seorang wanita (Ibu). Perananx cukup besar dalam keluarga. Sekarang yang menjadi pertanyaan, pantaskah kita mengecewakan seorang ibu jika fakta terbesarx telah melahirkan kita di dunia ini? Merawat, membimbing dari kecil hingga detik ini tanpa meminta balasan apa pun selain bisa melihat putra-putrinya kelak bahagia. Di mana pun seorang anak berada, doa ibu selalu ada untuk putra-putrinya. Masih ingat jelas nasihat dari seorang ibu sewaktu PKL di BDK bersama sahabat2 tercinta, “ Di dunia ini wajar jika ada mantan pacar, mantan suami/istri, mantan presiden, mantan orang jahat bahkan mntan orang hina sekalipun atau mantan2 yang kerap terdengar di telinga, namun satu hal yang harus diingat bahwa TIDAK ADA YANG NAMANYA MANTAN ORANG TUA, terlebih lagi MANTAN IBU. Sejelek apa pun itu, aliran darah orang tua ttp ada pada seorang anak”. Ya seperti itulah intisarix. Awalnya memang hanya sebatas canda tawa biasa. Namun, ketika beliau mengatakan kalimat2 tersebut, rasa ‘deg’, merinding menyapa hati saya & sahabat saya. Referensi lain yang saya dapat dari seorang motivator hebat ^_^ tentang lima jari kita, salah satux tersebut istilah "ibu jari". Jika dibandingkan dengan jari-jari yang lain memang sangat berbeda. Terletak paling bawah & berukuran pendek (jika dibandingkan dengan jari lainnya). Namun, ibu jari selalu bisa melindungi jari-jari lain. Tak pernah digunakan untuk berbuat jahat atau buruk. Kegunaanx lebih ke hal-hal positif. Ya, itulah peran ibu yang tak bisa terdeskripsikan karena peranx tak terbatas pada satu hal saja.

Nah, sahabat2ku yg baik, coba kita merenung! Sudahkah kita membuat seorang Ibu bahagia? Sudah pernahkah kita melihat ibu menangis dalam setiap doa2 beliau? Doa tulus seorang ibu yang saya yakini akan menuai bahagia di kemudian hari. Dengan kelembutan hati dan kasih sayang beliau yang tiada henti, saya pun ingin selalu belajar untuk introspeksi. Apa yang kita dapatkan sekarang tidak lepas dari peran seorang ibu. Jangan pernah menganggap bisa bahagia karena hasil kerja & usaha sendiri sehingga melalaikan doa & tangisan ibu. Jika saya yang notabene juga seorang wanita pernah menerima kata-kata kasar atau pun cacian, dalam hati hnya mengingat ibu. Bolehlah jika orang2 yang tidak suka keberadaan saya berkata apa pun bahkan seburuk apa pun, tp saya tidak akan membiarkan kata2 itu terlisankan di depan ibu saya. Tidak ada seorang anak yg baik ingin mengecewakan/mmbuat seorang ibu menangis. (Jika ada yang bilang saya idealis, silakan! Hak setiap orang untuk menilaix). Namun, bagi saya seorang ibu adalah segalanya, nafas beliau utk putra-putrinya. Kasih dan sayang beliau mengalir sepanjang waktu, setia mendampingi putra-putri, & keluarga tanpa perasaan tersakiti sedikit pun.

------------------------------------------------------

"Ibu, wanita istimewa penuh cinta. Wanita terhebat ketika memperjuangkan buah hatix lahir ke dunia. Wanita yang selalu menampakkan senyum walaupun hatinya kerap terluka. Begitu besar pengorbanan untuk orang2 yang dicintainya sehingga tak tampak rasa letih di raut wajahnya. Ia akan menangis ketika melihat putra-putrinya meraih kemenangan. Ia juga akan menangis ketika melihat putra-putrinya dalam kesedihan. Ibu, wanita terhebat yang mempunyai cinta tanpa syarat. Tak kubiarkan hati ibu sepi atau pun sendiri. Beliau wanita hebat yang tak pantas tersakiti. Jika bahagia namun ibu tak merasakanx, pastilah tak ada nada cinta mengikuti langkah kaki. Di mana pun seorang ibu berada, keberadaan & cintanya tak akan hilang utk putra-putinya. Karena kebahagiaan ibu adalah segalanya, begitu pula sebaliknya “kebahagiaan putra-putrinya akan dirasakan olehnya (ibu)”. Karena dengan senyummu, ibu, yang akan menguatkan setiap langkahku... mewujudkan impiah indahku. Karena cinta dan kasihmu (ibu) tiada henti untuk kami. "

(* deskripsi Ina di kala sedang terluka hnya mengingat senyum ibu tercinta * )

I love u, mom..... :)


## (Terukir kata dalam goresan pena, untuk ibuku tercinta, untuk semua ibu, semua wanita hebat yang insyaAllah akan menjadi seorang ibu, semua sahabat2 baik di mana pun berada, dan utk seorang “kawan” hebat yang sudah tegas mengambil keputusan, mengorbankan suatu hal demi rasa cintanya kepada ibu). :) :)



SENYUM & KEBAHAGIAAN IBU ADALAH SEGALANYA BAGIKU :)

Semoga bermanfaat ^___^

Bln, 20 Desember 2010

11.19 am







Makna Besar dari Hal Kecil

بِسْــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِالرَّحِيْـــــم

Berawal dari moment yang masih teringat jelas (12 November 2010)! Ya baru tiga hari yang lalu. Namun, moment2 itu nyatanya bisa membuat saya tersenyum (padahal faktanya lg ‘sumpek’ krn byk hal yg belum jelas ujungnya, tugas2 menumpuk juga). Dimulai jam pelajaran pertama, saya masuk di salah satu kelas XI yang notabene lebih dikenal sebagai kelas ‘belum aktif’. Namun, bagi saya proses pembelajaran harus dimaksimalkan meskipun kadang merasa putus asa untuk ‘mengaktifkan’ argumen para siswa-siswi. Ya, rata-rata siswa sudah mengenal karakter saya. Dari kelas awal (kelas X), kelas ini pun saya yang ‘pegang Matpelnya’. Pre-test/ post-test pasti tidak pernah ketinggalan. Bagi siswa yang tidak cuek, pasti mereka belajar sebelum materi dimulai.

Akan tetapi, tidak sedikit pula siswa yang cuek (padahal nilai yang didapat juga selalu di bawah SKM). Hmm... semua kembali pada individu masing-masing. Pre-test pertama, seorang siswa putra saya suruh maju, materi yang saya berikan sudah sering dibahas! Tapi, jika tidak paham di awal & tidak ada kemauan untuk bertanya, diberikan soal mudah pun pasti tidak akan paham (padahal tanya juga tidak bayar, tidak juga dimarahi hehehe). Siswa yang satu ini unik, tidak bisa mengerjakan soal yang saya berikan, waktux cukup lama, akhirnya keringatx langsung membasahi seragam. Padahal, biasanya kalau tidak bisa ya tingkahnya biasa saja (diam). Hehe nalar saya singkat saja (read: mungkin kalau sekarang dia malu sm pacarnya yang kebetulan satu kelas). Sipp...semoga bisa menjadikan motivasi dalam belajar. Senyum di awal pembelajaran :)

-----------------------------------------------------------------------------

Bel berbunyi...jam ke-3 & ke-4, pindah ke kelas XII! Jika dibandingkan dengan kelas awal tadi, kelas ini saya nilai kompak dan rame. Bahkan rasa keakraban dengan saya pun masih terjaga sampai sekarang ^_^. Namun, saya tetap bersikap sama dengan kelas2 yang lain, waktu ulangan jangan mencoba ‘membawa contekan yang dampaknya akan merugikan dirinya dengan saya’. Saya kira mereka juga sudah paham, walaupun faktanya, saya & teman2 guru lainya juga menemui kejadian2 yang cukup mengecewakan, biarlah itu menjadi urusan kami di belakang (berhubungan dengan penilaian & rasa percaya yang tertanam). Yup...ulangan harian dimulai, sistematika soal sudah terencana dengan baik sebelumnya. Saya ingin melihat ekspresi, sekaligus membuktikan penalaran2 saya tentang “sesuatu yang kecil tapi bernilai besar” setelah mereka membaca soal yang saya berikan. Pada lembar kedua, terdapat soal sangat mudah (materinya ada di LKS mereka), hanya saja saya memang sengaja belum menjelaskan! Saya ingin membuktikan kejelian & kecermatan mereka dalam membaca. Apakah setengah2 atau menyeluruh, toh dari awal saya sudah menginformasikan bahwa materi ulanganx bab 3 & 4, tolong dipelajari! Hihihihihihihi.... beberapa siswa mulai memasangkan aksinya, bertanya kanan-kiri, terlihat bingungnya ^_^. Bahkan ada yang protes, Bu...seharusnya yang nomor ini point nilainya lebih tinggi daripada nomor yang ini, saya hanya menanggapi dengan senyuman ^_^. “Pokoknya dikerjakan semampunya, dinalar & dipahami, pasti bisa! Itu kalimat yang saya lontarkan sambil tersenyum. Nanti kalian juga tahu makna di balik soal itu, makna yang mungkin lebih banyak kita abaikan sampai sekarang!” Setelah saya koreksi ulangan mereka, cukup banyak jawaban yang benar! Bagus berarti mereka membaca cermat. Ada juga penalaran yang lucu sesuai dengan objek soalnya...hehehe

-------------------------------------------------------------------------------

Ya begitulah, yang mungkin sering kita hadapi dalam keseharian. Sulit memahami & mengerti tentang hal-hal kecil yang melingkupi kita sebagai manusia. Padahal, tidak sedikit dari kita yang menganggap bahwa sesuatu yang kecil tersebut justru akan membawa nilai yang besar bagi diri kita. Namun, lain halnya jika yang berlawanan dengan prinsip kita menganggap semua itu biasa saja & kurang bermakna (read: kembali ke individu masing-masing). Akan tetapi, bukan berarti kita tidak mau mempelajarinya kan! Jika seorang sahabat pernah berkata “tak kenal maka tak sayang”, ya memang ada benarnya. Bagaimana mungkin orang lain bisa menganalisis tingkah laku atau karakter diri kita, jika tidak pernah mengenal? Semua bisa berterima dengan baik jika saling memahami situasi serta kondisi. Memang ada juga teori “ membaca juga dimulai dengan melihat”. Melihat yang dimaksudkan di sini harus juga diikuti dengan semua panca indra, bukan hanya sebatas apa yang dilihat dengan mata saja. Respons positif bisa terpenuhi jika semua yang ada dalam hati ditransformasikan dengan baik dalam logika juga disertai dengan tindakan nyata. “Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran (Blaise Pascal dlm QI: 85).” Apa yang kita lihat belum tentu benar adanya karena kita tak pernah tahu alur sebelumnya bagaimana? Hal sederhana/ hal kecil lain misalnya, pernahkan kita berpikir bahwa hanya dengan tersenyum dengan orang lain, kita bisa membuat orang tersebut bahagia?

Jika kita terbiasa tersenyum dengan orang tersebut, tiba-tiba suatu hari kita cemberut, pasti orang tersebut juga bertanya-tanya, ada apa ya? kok tidak seperti biasanya! Atau mungkin hal satu ini, yang pernah dialami oleh semua orang (termasuk saya), kasus via sms! Sms sahabat, orang tua, pacar, atau yang lainnya. Coba dicerna sendiri-sendiri, apabila kita sms orang lain ntah isinya penting atau tidak, pasti mengharapkan balasan kan? walaupun balasan itu sangat singkat, hal itu sudah membuat senang. Tapi jika sebaliknya? Wahhhh pasti menimbulkan berbagai pertanyaan dalam hati jika belum ada penjelasan sebab tidak membalas pesan singkat tersebut. Begitu juga dengan kasus ini, ‘ucapan terima kasih’ atau kata maaf/memaafkan’ (Ucapan terima kasih kepada Allah dengan bersyukur ). Sebenarnya sesuatu hal yang sederhana, tapi jangan dikira kedua kata tersebut tidak bermakna besar! Misalnya saja, kita ditolong oranglain dalam hal-hal kecil, terus diakhiri dengan ucapan terima kasih, pasti akan berbeda nilai & maknanya jika dibandingkan dengan tidak mengucapkan kata itu. Saya yakin, orang tersebut juga akan memberikan penilaian tersendiri untuk kita. Memang hal sepele (kecil), tapi jika dibiasakan pasti menyenangkan, nilai positif pun mengakar dengan sendirinya, tidak perlu didikte orang untuk menilai orang lain. Sama halnya dengan kata maaf/ memaafkan! Sulit memang, tapi bukan berarti manusia egois dan mengucapkan kalimat “tidak ada kata maaf bagimu”. IRONIS..... Manusia diciptakan oleh Allah SWT., tidak luput dari kesalahan besar/ kecil. Allah bisa memaafkan dosa-dosa hamban-Nya, sebesar apapun itu. Kenapa manusia tidak bisa? Naudzubillahimindzalik.... semoga kita senantiasa dalam naungan-Nya. Amiiin

Nah, semua dikembalikan pada diri masing-masing. Seperti halnya cerita singkat di atas, ada soal mudah tapi poinx cukup tinggi. Jika dari awal sudah diabaikan, pasti tidak akan dapat poin itu, yang ada hanya kekecewaan. Tapi, jika tidak diabaikan pasti akan mendapatkan poin tersebut, akhirnya juga kebahagiaan yang didapat (krn nilaix bagus). Pembelajaran hidup, memulai dengan hal-hal kecil akan tumbuh hal2 besar. Belajar mengenal, menghargai, & menghormati orang lain agar tidak salah menilai, agar tidak sebatas melihat saja.


~ Jika ingin mengetahui dalamx lautan, ya harus diselami biar tahu kedalamannya (bukan sebatas melihat atau mengira-ngira saja).

~ Jika melakukan sesuatu (hal positif) dengan setengah-setengah, pasti tidak akan bisa memperolehx dengan penuh.

~ Bukan tidak mungkin bahwa sesuatu yang bernilai besar & berharga itu adalah hal-hal kecil yang sering terabaikan oleh manusia.

Semoga bermanfaat :)

Balen, 14 November 8.15 am

(unek2 dikala sedang dilanda 'sumpek')

Sadar Diri = Memposisikan Diri

بِسْــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِالرَّحِيْـــــم


Sebuah catatan sbgai bahan belajar introspeksi


Seperti yang sudah-sudah, tak bisa terdeskripsikan dengan tepat. Apakah ini suatu kebetulan atau memang benar sudah terencana dari-Nya? (versi seorang sahabat, tidak ada yang kebetulan memang ada benarnya, semua sudah diatur dlm skenario-Nya). Akan tetapi, dari setiap peristiwa yang ada, jika menoleh alur regresifnya memang selalu koheren (read: bertalian)dengan fakta yang sebelumnya.

Sebuah pertemuan yang ntah disengaja atau tidak, toh akal manusia yang mampu menggerakkan atas izin Illahi Robbi. Jika pada akhirnya yg terjadi adalah sesuatu di luar harapan, biarlah menjadi sebuah catatan & pembelajaran lagi. Sekilas, setelah membaca catatan dari seorang sahabat, telah cukup sebagai bukti pembelajaran hidup. Catatan seorang sahabat yang sekilas juga telah mengingatkan tentang peristiwa yang serupa. Kira-kira lima tahun yang lalu, saya pun pernah mendapatkan lontaran kata kotor & hina dari seseorang yang tdk pernah saya kenal. Tak tahu maksud yang mengirimkan kata2 itu seperti apa? Seperti disambar petir di saat hati sedang kalut “ ibarat sudah jatuh tertimpa tangga juga”. Dari semua wacana itu, saya hanya bisa menyimpulkan, ohhhh saya tahu kausalitasnya sekarang, risiko yang harus saya hadapi, tetap hanya Dia (ALLAH SWT.) yang lebih tau kebenarannya. Hanya itu yang terpikir saat itu. Sempat terbawa emosi, bagaimana mungkin orang yang tidak saya kenal sama sekali bisa mengirimkan kalimat kotor via pesan singkat yang seperti itu? Ya, hanya bisa meneteskan air mata seketika. Hanya bisa mendoakan semoga tetap dalam lindungan-Nya. Toh, pada akhirnya juga sama, meminta maaf dengan sendirinya tanpa harus saya minta krn saya pun sdh belajar ikhlas utk memberikan maaf wlpun awalnya terasa sulit. Mereka yang menghampiri & mencari krn dari awal memang bukan saya yang memulai. Sampai sekarang pun, saya tidak berharap keusilan tingkah mereka menghampiri lagi. Cukup sekian dengan ucapan terima kasih.

----------------------------------------------------------------------------------


Mengolaborasikan antara perasaan dan logika agar seimbang (selaras) memang sulit, tapi harus dipelajari agar kelak memang benar-benar dimengerti makna tersiratnya. Tidak semua orang bisa paham tentang apa yang kita inginkan. Semua pada akhirnya tertuju pada sebuah pilihan. “Anda yang menentukan sebuah pilihan atau pilihan yang nantinya akan menentukan hidup Anda.” Deretan kata motivasi itu selalu saya amati dalam2, disela saya memberikan materi untuk adik2 yang mengikuti bimbingan di sebuah lembaga Bimbel. Ya, hanya mampu menafsirkan makna tersiratnya menurut kadar kemampuan saya. Bahwa dalam hidup memang ada prosedur “memilih dan dipilih”. Bahkan, jika dalam ujian pun (read: belajar, ulangan, tes kemampuan akademik, dll) ada soal yang mengharuskan kita untuk memilih. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak berpikir dulu dalam menentukan sebuah pilihan. Kalau boleh saya katakan (read: tanpa ada maksud menyinggung siapa pun), jika memilih sebuah jawaban tanpa berpikir sebelumnya “hanya asal-asalan yang penting selesai” (jika diterapkan dalam ujian), ya... bersiaplah untuk menerima kekecewaan di kemudian. Karena hasil akhir yang menentukan adalah dari usaha yang kita lakukan. Nilai jelek atau baik, Anda-lah yang sudah memutuskan memilih jawaban itu dengan cara Anda sendiri.



Sama halnya jika kita kaitkan dengan kehidupan ini. Manusiawi, jika memilih memang suatu proses yang sulit. Namun, bukan berarti kita tidak ada keberanian mengambil keputusan/ menentukan pilihan, bukan! Karena pada dasarnya, jika ada sekelumit orang yang tidak berani memutuskan sesuatu, sama halnya mereka tidak bisa dikatakan sebagai orang yang berkarakter. Tegas & tanggap terhadap wacana serta kejadian, itu yang seharusnya jadi pembelajaran dalam kehidupan. Nah, semua itu tetap dikembalikan lagi kepada yang menjalani hidup. Jika sudah mengambil sebuah keputusan,/ pilihan seharusnya bisa menerima segala konsekuensi, bukan hanya mau menikmati rasa enaknya saja. Itu jika kita tidak mau dikatakan sebagai orang egois & tidak realistis. Semua yang diambil, semua yang dipilih, sudah melalui prosedur kita sendiri, harus sudah terpikirkan pula kausalitasnya kemudian. Rasa marah, jengkel, benci, atau yang selebihnya terbungkus rapi oleh kata “penyesalan”, tidak ada artinya lagi. Semua hal berisiko, tidak ada akibat tanpa adanya sebab. Begitu pula sebaliknya. Apa yang kita putuskan, apa yang kita lakukan, semua ada konsekuensinya, ada kausalitasnya. Benar atau tidaknya, hanya Dia (Allah SWT.) serta hati kita yang bisa menjawabnya.



Ya, secara sederhana & mudah, yang kerap terabaikan oleh hati dan pikiran yakni penempatan posisi diri. Saya siapa? saya ada di mana? Atau mungkin jika ingin dikonsepkan lagi dalam rumus 5 W + 1 H, agar lebih kompleks juga tidak masalah. Sekarang yang jadi tanda tanya, kenapa point “H”(bagaimana), harus berdiri sendiri? Hanya satu? Hasil perenungan yang masih terbatas, saya sedikit bisa menafsirkan makna itu. Kata tanya “How”(bagaimana) mengarah pada suatu proses, baik proses awal atau di akhirnya. Jika yang didapat adalah kebahagiaan, tentunya harus tahu bagaimana proses awal mendapatkan kebahagiaan itu dan harus peka terhadap proses2 selanjutnya agar tetap bahagia adanya. Sama halnya jika kesedihan yang didapat, pada akhirnya juga mencari solusi untuk mengatasi kesedihan biar tidak berlarut-larut. Tidak mudah memang, untuk menginterpretasikan makna posisi (sadar diri), tp harus selalu diingat baik2 biar tetap bisa sadar dan bercermin diri. Sebaiknya, logika pun jg harus dilatih pelan2 (diminimalisasikan) untuk tidak memvonis seseorang tanpa kita pernah berposisi seperti layaknya dia.



(Hasil perenungan bulan lalu & sekelumit cerita aneh trjadi dalam diri ini serasa tak biasa dari tadi malam, unlimited. Namun, sebuah kritik yang kurasa cukup pedas, yang faktanya telah mampu meneteskan air mata karena memang tidak pernah kudapat sebelumnya tetap bisa membuatku lbh belajar utk berjiwa besar, menempatkan posisi "saya siapa", apa yang harus sy prbuat? dll. Hanya sebatas saran yang “sunnah” untuk semua sahabat, alangkah baiknya jika kita terus belajar berpikir lebih dewasa. Belajar memposisikan diri dan sadar diri, bukan menghindari konsekuensi yang akan terjadi ataupun sudah terjadi!! Jika kita sudah kesulitan untuk menempatkan diri, cobalah tengok regresif (alur mundur) kita masing2. Memang cukup sulit untuk dinalar memakai logika, tapi inilah adanya. Terima kasih).

Semoga bermanfaat untuk bisa belajar menjadi lebih baik. Amiiin.



“Tidak ada manusia yang sempurna, namun alangkah indahnya jika kita mampu & mau belajar mencintai ketidaksempunaan itu agar kelak bisa menjadi lebih sempurna di hadapan Allah SWT.”




Balen, 26 Oktober (11.47 pm)